“
Pikiran Kecil Untuk Kampungku ”
Untuk kampung tercinta,
dimana saya dilahirkan dan dibesarkan olehnya. Jiwaragaku dibangun dengan
alamnya, tulangku kuat karena mineralnya. Sungguh indah pesonamu, kampungku.
Kampung tercinta yang terletak di sebelah barat indonesia, di sebuah pulau
terpencil yang jauh dari ketertinggalan. Banyak orang mengatakan ini adalah
pulau manusia atau tanah tempat tinggal manusia. Secara umum di kenal dengan
nama Pulau Nias. Tanahnya yang kaya akan mineral, sangat subur, dan lautannya
yang luas di kelilingi samudera yang didalamnya terdapat banyak harta yang
berlimpah-limpah serta alamnya yang selalu memanjakan mata.
Ketika aku berpikir dan
bertanya kepada jiwa dan diriku, ada apa dengan bangsaku ? ada apa dengan
kampungku ? Apa yang terjadi ?. banyak
pertanyaan-pertanyaan ini terlintas dibenakku seolah-olah aku ingin iri dengan
apa yang ada saat ini. Saya melihat dan memperhatikan semua yang ada, sekali
lagi, sungguh aku ingin iri. saya melihat tahun demi tahun Nias tidak pernah
berubah, dari utara sampai selatan, barat ke timur tidak pernah ada kemajuan.
Rakyat kecil semakin terpuruk dan melarat karena kurangnya lapangan pekerjaan.
Rakyat kecil makin miskin karena pendapatan tidak ada. Mata pencaharian di nias
hampir 60% penduduknya bermata pencaharian penderes karet. Sungguh susah mencari sesuap nasi di tanah
yang subur ini.
Saya bicara tentang
pekerjaan atau bagaimana mensejahterahkan sebuah keluarga atau pribadi lepas
pribadi seseorang melalui kerja supaya mendapatkan upah untuk menjalani
kehidupan sehari-hari. Suatu ketika saya mendengar informasi bahwasanya di
setiap kabupaten dan kota di pulau nias menerima CPNS (calon pegawai negeri
sipil. Ketika itu banyak pemuda-pemudi yang setingkat dengan sekolah menengah
atas atau kejuruan berburu menjadi PNS. Saya pribadi mendengar itu berpikir
mentalitas masyarakat masih belum berkembang, jauh tertinggal. Masyarakat masih
belum bisa mandiri, hanya bisa mengharapkan pekerjaan dari instansi
pemerintahan atau swasta. Mental masyarakat masih belum berpikir ke arah
membuat sesuatu yang bisa mengembangkan perekonomian sendiri, tanpa berharap
pekerjaan dari instansi pemerintahan atau swasta.
Saya pribadi bukan
mengkritik atau mendoktrin teori masyarakat yang sedang tertanam di benak
seluruh masyarakat nias saat ini. Menjadi pegawai negeri sipil atau menjadi
seorang pekerja di instansi pemerintah atau swasta bergantung pada gaji. Banyak
pejabat-pejabat yang bekerja sebagai profesi tersebut menuai tanda tanya besar
di benak saya. Mereka mampu membeli rumah mewah, kendaraan mewah, tanah ataupun
yang lainnya, sedangkan gaji mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka
miliki saat ini. Tentunya ini adalah pertanyaan yang membuat kecurigaan.
Selanjutnya pulau nias
ini di isi oleh sebagian pejabat-pejabat, orang-orang yang berkecimpung di
panggung nasional maupun internasional. Banyak di luar daerah nias pemuda
pemudi nias sukses di kancah nasional dan internasional. Memang ini adalah
sebuah kebanggaan bagi etnis suku nias di luar daerah, tapi sekali lagi sungguh
tidak bisa di harapkan. Mereka kenyataannya belum bisa membangun kampung
sendiri, apa salahnya mereka membuat sebuat ide atau inovasi yang membantu
perekonomian masyarakat supaya masyarkat nias tidak mengharapkan pekerjaan dari
instansi pemerintah atau swasta.
Teklennya Anak didik
bangsa di sekolahkan tinggi-tinggi untuk apa ? , Kita di didik dan di sekolahkan tinggi-tinggi
untuk “Buat Kerja Bukan Cari Kerja”. Saya mulai berpikir solusi apa yang tepat
untuk mentalitas dan perekonomian masyarakat yang terjadi saat ini. Solusinya sederhana
mulailah dari membangun pendidikan “berkarakter, berteknologi, berwawasan dan
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa”. Mari
kita mulai dari pribadi atau individu, masyarakat dan bangsa kita.
Akhir tulisan ini saya
pribadi memohon maaf jika ada yang tidak sesuai dari semua isi hatiku baik
informasi ataupun penulisan kata yang membuat para pembaca tersinggung. Terimakasih.
Ya’ahowu ( Salam).
Karya
: Zulfan Anugerah Zega